Senin, 01 Juni 2015

Tarbiyyatul Aulad


“Muqaddimah”
dalam kitab | 25 Kiat Mempengaruhi Jiwa dan Akal Anak | Al-Inshat al-I'ikasi
-Penerbit Dar Ibn Hazm, Beirut-
Peringkas | Wahyu Setyawan | fai/pai/2014 | 20140720026

Pengantar:
            Pendidikan anak tidak boleh dianggap enteng, karena anak bukan saja menjadi generasi masa depan, tapi juga merupakan investasi ukhrawi bagi orang tua. Jika anak tidak ditumbuhkan dalam “iklim” keshalehan, terlalu spekulatif mengharapkan mereka kelak menjadi anak yang shaleh jika mereka dewasa.
            Salah satu langkah penting dalam pendidikan anak adalah melakukan pendekatan yang baik dan mudah diterima anak sehingga dengan mudah mereka mau mengikuti arahan dan keteladanan yang diberikan.
            Islam telah memrintahkan kepada semua orang tua untuk bisa mendidik anak-anak mereka serta bertanggung jawab atas pendidikan mereka. Hal ini dalam firman-Nya :
            QS. At-Tahrim[66]:6
            Dari diriwayatkan dari Ibnu Umar Rasulullah SAW bersabda:
            “Setiap dari kalian adalah pemimpin dan setiap dari kalian bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang penguasa adalah pemimpin dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya (rakyatnya). Seorang laki-laki (kepala keluarga) adalah pemimpin dikeluarganya dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya (anggota keluarga), yakni istri dan anak-anaknya. Seorang wanita (yang telah bersuami) adalah pemimpin di rumah suaminya dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya (anak-anaknya). Seorang pembantu adalah pemimpin dirumah majikannya dan ia bertanggung jawab atas pekerjaan rumahnya. Setiap dari kalian adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. (HR. Bukhari).
            Islam telah menetapkan tanggung jawab bagi para ayah, ibu, dan para pendidik uuntuk peduli pada pendidikan anak-anaknya dengan batasan yang jelas. Islam pun telah memperingatkan para orangtua dan pendidik bahwa kelak Allah akan meminta pertanggung jawaban mereka di hari kiamat perihal kepudulian mereka akan pendidikan anaknya.
            Ibnu Qoyyim lebih menekankan pada tanggung jawab orang tua dengan mengungkapkan pendapat para cerdik cendekia. “Sesunggguhnya, Allah akan mempertanyakan setiap tindakan yang di ambil seseorang terhadap anaknya. Bila ia tidak memedulikan pendidikan anaknya, sang anak pun kelak tidak akan bisa menjadi penolongnya. Bila ia menelantarkan anak, dianggap telah melakukan kejahatan terbesar. Betapa banyak anak yang rusak akhlak dan jiwanya disebabkan oleh ketidak pedulian orangtuanya terhadap pendidikan anaknya. Sesungguhnya, mendidik anak adalah salah satu hal yang diwajibkan dalam agama dan juga hukum alam yang berlaku.”
            Anak bagaikan kertas putih dimana kita sebagai orangtua bisa menggoreskan apapun diatasnya. Fitrah yang ada pada diri anak masih bersifat netral.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar