The
Ron Clark Story
-review
fiml pendidikan-
Selasa, 2/06/2015
wahyu setyawan | 20140720026
Sebuah film yang didasari oleh pengalaman nyata seorang guru di Amerika Serikat. Mr. Clark
adalah seorang guru muda yang energik, idealistik, dan kreatif dalam mengajar di sekolah
negeri di kota New York.
Sebelum di New York, ia sudah empat
tahun ia mengajar di sekolah umum dekat dengan rumahnya dulu. Akan tetapi ia
masih dianggap guru tidak tetap di sekolah tersebut. Empat tahun kemudian,
barulah ia dianggap sebagai guru tetap di sekolah tersebut karena
keberhasilannya dalam mengajar. Sebagai penghargaan nama Mr. Clark diukir di
trotoar tempat parkir mobil. Mr. Clark merasa tersinggung atas penghargaan
tersebut lalu ia memutuskan untuk pindah ke New York.
Mr. Clark berusaha mencari pekerjaan
sebagai guru sekolah umum di New York. Akan tetapi tidak ada satu pun yang
menerimanya. Setelah lama mencari, akhirnya Mr. Clark menemui sekolah yang mana
kondisi siswanya tidak teratur. Pada awalnya Kepala Sekolah tidak mengizinkan
Mr. Clark mengajar di sekolahnya karena siswa yang akan diajarnya sangat tidak
teratur dan guru-guru sebelumnya tidak ada yang sanggup mengajar mereka. Tapi
Mr. Clark terus memaksa sampai akhirnya Kepala Sekolah mengizinkannya.
Hari pertama mengajar, ia tampak bingung melihat tingkah laku siswa-siswanya
yang kurang ajar. Saat
masuk kelas ia disorakin,
lalu saat diajak belajar mereka tidak mau. Bahkan dinding kelas dicorat-coret dan tingkah laku mereka seperti preman. Memang, hari pertamanya bisa dikatakan
ia gagal dalam mengajar di kelas itu. Berbeda dengan kelas sebelahnya yang kelihatan rapih sekali.
Mr. Clark tidak menyerah sampai disitu.
Ia membuat beberapa peraturan untuk siswanya. Peraturan pertama yaitu, “we
are familly”. Kedua, “take a risk”. Ketiga,”respect each other”.
Setiap siswa yang melanggar akan ditulis namanya di papan tulis dan diberi
tanda chek list. Dan beberapa peraturan lainnya antara lain, siswa harus
berbaris saat keluar kelas dan mengantri saat makan siang. Apabila ada yang
melanggar maka tidak ada yang boleh makan siang termasuk Mr. Clark. Memang
awalnya peraturan ini masih tidak diikuti oleh para siswa tapi ia masih tidak
menyerah.
Keesokkan harinya, saat Mr. Clark masuk
kelas ia terkejut melihat ruang kelas yang berantakan dan tak ada satu pun
siswa yang hadir. Lalu, Mr. Clark membereskan ruangan tersebut sendirian. Hari
berikutnya, ia bertanya pada siswanya,”siapa yang membuat ruang kelas
berantakan?”. Tapi tak ada satu pun yang mengaku. Ia pun bertanya pada seorang
siswi dan siswi tersebut juga tidak mau mengatakannya. Akhirnya Mr. Clark kesal
dan menghentakan meja siswi tersebut. Mr. Clark mulai putus asa. Seorang teman
wanitanya memberi semangat pada Mr. Clark untuk tidak mudah putus asa dan
semangatnya muncul kembali. Lalu, Mr. Clark melakukan pendekatan individual
kepada setiap siswa dengan mendatangi rumahnya satu per satu. Ia juga datang ke rumah siswanya untuk membantu pekerjaan rumah, seperti
menyuapi bayi, privat, dll.
Para siswa mengira Mr. Clark tidak akan
mengajar mereka lagi, ternyata perkiraan mereka salah. Mr. Clark sudah siap
mengajar dengan metode yang baru yaitu jika para siswa diam dan mendengarkannya
saat mengajar selama 15 detik, ia akan meminum susu satu kotak. Dan metode itu
mereka terima dengan baik walaupun Mr. Clark harus merasakan mual dan hampir
muntah. Saat istirahat Mr. Clark mencoba untuk membaur dengan siswanya dengan
cara bermain bersama, seperti bermain lompat tali. Awalnya ia tidak diterima
tapi lama-kelamaan mereka menerima Mr. Clark dengan baik karena terlihat asik.
Ia juga mendapatkan metode belajar yang
sesuai dengan siswanya yaitu memasukkan materi pelajaran pada irama musik.
Metode ini ia dapatkan saat ia terganggu dengan suara musik rap tetangganya.
Materi tentang sejarah Amerika ia sampaikan sambil menari hip hop dan musik rap
yang dinyalakan di radio. Para siswa menyambut baik metode tersebut. Bahkan Mr.
Clark rela memberikan pelajaran tambahan, salah satunya seorang siswa belajar
matematika dengan mengikuti kebiasaannya yaitu bermain catur. Para siswa
berusaha keras untuk test yang akan diberikan Mr. Clark. Akhirnya, hasil test
mereka mendapatkan hasil yang memuaskan.
Menjelang ujian akhir, Mr. Clark sakit
karena terlalu lelah. Ia membuat metode belajar lewat video rekaman
mengajarnya. Karena ia telah mengetahui kebiasaan siswanya maka proses belajar
mengajar lewat video tersebut berjalan dengan baik. Hasil ujian akhir mereka
sangat mengejutkan karena mendapatkan nilai yang lebih tinggi dari kelas
unggulan di sekolah tersebut.
Saat Mr. Clark belum berpindah ke New
York, ia tidak mendapat kesulitan dalam pendekatan pembelajaran dikarenakan:
Para siswa mudah diatur dan mempunyai
keinginan yang besar untuk berhasil dalam belajar.
Tingkat kesadaran siswa dan orang tua
murid yang tinggi.
Hal ini terlihat pada saat memberikan
penghargaan, orang tua murid juga hadir dalam acara pemberian penghargaan pada
Mr. Clark.
Keadaan lingkungan sekolah yang
menunjang.
Saat Mr. Clark mengajar di New York ,
ia mendapatkan beberapa kendala dalam pendekatan pembelajaran yaitu:
Siswa yang nakal dan sulit diatur.
Hal ini
terlihat saat pertama kali mengajar, ia tidak dihargai sama sekali dengan
disoraki oleh para siswa, tidak mau belajar, dan tidak mau mengikuti peraturan
yang dibuat Mr. Clark.
Keadaan
lingkungan sekitar yang tidak mendukung.
Lingkungan yang
keras dapat mempengaruhi sifat seseorang seperti perjudian, pencurian, dan
kekerasan yang dapat mengurangi kepedulian terhadap pendidikan.
Kurangnya
kepedulian orang tua terhadap pendidikan anaknya.
Orang tua yang
sibuk dengan pekerjaannya sendiri sehingga si anak disibukkan dengan membantu
pekerjaan rumah dan kurangnya waktu anak untuk belajar. Orang tua yang
tidak menginginkan anaknya mendapat pendidikan. Padahal anak tersebut mempunyai
potensi yang baik dalam pendidikan. Hal ini bisa mengakibatkan potensi yang
dimiliki anak akan tertutup.
Siswa tidak
nyaman untuk belajar di ruang kelas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar